Ayo Bicara Agama

Tulisan saya kali ini membahas tentang agama. Bukan ceramah membahas ayat-ayat dalam kitab. Saya bukan ahli agama. Tentu ada yang lebih paham kalau itu. Ini hanya tentang kegelisahan saya, hal-hal yag saya cermati dari lingkungan. Opini saya tentunya. Saya tidak bermaksud menghakimi siapapun, atau berniat merusak paham. Tidak mengharuskan orang lain mengiyakan pendapat saya, juga tidak menginginkan privasi saya dicampuri karena ketidaksepemahaman. 

Banyak hal terkait pendapat dan pemahaman ajaran agama Islam di Indonesia tidak saya setujui. Mulai satu persatu.

Nikah Muda.
Tidak tahu kapan mulainya kampanye ini, tapi saya mulai sering melihat postingan teman yang kira-kira tulisannya begini, "segerakan laksanakan", "Rejeki bisa dicari bersama", "Yang serius adalah yang berani datang ke rumah", " udah putusin aja", dan masih banyak sejenisnya. Intinya mengajak kita anak muda yang sedang menjalani hubungan pra nikah, untuk segera menikah karena nikah itu menyempurnakan agama dan menghindari dosa zina dari hubungan pra nikah. 
Saya tidak mengatakan nikah muda itu buruk. Tapi juga tidak mendukung kampanye ini. Mengapa? Karena menikah tidak sesimpel itu.  Menikah gampang, karena memang tidak membutuhkan biaya banyak. Yang banyak biaya itu prosesi adatnya, pestanya. Tapi menikah itu sendiri tidak membutuhkan banyak biaya. Kalau dalam kampanyenya, nikah itu murah saya setuju. Asal tahan dengan omongan tetangga karena cuma nikah di KUA, ya tidak masalah. Ya saya tidak setuju, nikah muda disini dijadikan solusi untuk terhindar dari zina. Dengan kampanye ini seolah-olah menikah hanya tentang seks. Ini yang salah kaprah. Sehingga beramai-ramai anak muda seumuran saya bahkan jauh di bawah saya menikah hanya supaya halal di kasur. Menurut saya daripada menyuruh orang untuk nikah muda lebih baik mengkampanyekan persiapan pernikahan dan psikologi keluarga. Persiapan pernikahan bukan tentang pesta nikahnya ya. Tapi bagaimana mempersiapkan diri untuk membangun pernikahan yang sehat, langgeng sampai maut memisahkan. Persiapan terkait mengenal lebih dalam orang yang akan kita ajak serius menikah. Dalam ajaran agama Islam, ada istilah Ta'aruf. Kalau takut pacaran, ta'aruf bisa jadi solusi. Tapi kampanye nikah muda kebanyakan adalah menerima lelaki sembarang yang berani langsung ngajak nikah. Katanya, kalau ngajak pacaran tidak serius. Ta'aruf juga bukan berarti kita harus menerima dia jadi pasangan seumur hidup. Di tengah proses ketika kita tidak sevisi pernikahan, atau anda tidak suka dengan karakternya anda berhak menolak. Dengan adanya ta'aruf, saya percaya bahwa sebenarnya agama juga tidak menyarankan umatnya untuk nikah secepatnya atau nikah muda. Ya, agama memang selalu baik. Umatnya saja yang salah mengartikan. 

Hijab/Jilbab
Sepuluh tahun lalu, kita hanya menemui segelintir orang yang memakai jilbab. Sulit sekali menemukan orang berjilbab pada tahun-tahun itu. Banyak stigma buruk terhadap orang berjilbab . Jaman ini, justru kebalikannya. Stigma negatif ditujukan pada orang tidak berjilbab. Apalagi orang berjibab kemudian melepas jilbabnya. Apalagi jika itu publik figur. Akun media sosialnya hanya berisi komentar hujatan, dan ceramah agama. 
Walaupun tidak semua orang begitu, memandang negatif orang tidak berjilbab. Tapi ini pengalaman pribadi saya. Beberapa orang baru yang saya temui pertama kali menanyakan agama saya, kedua ,"Kenapa tidak berjilbab?", ketiga mengeluarkan jurus pamungkas,"itu kan aurat". Ya, saya tidak bahas dalilnya. Memang itu bukan ranah saya. Tapi itu  cukup mengganggu saya. Agama sesuatu yang sangat privasi, tapi orang baru yang saya temui sepertinya lebih suka mencampuri agama saya ketimbang berkenalan dengan saya sendiri. 
So, saya mau bahas masalah sosialnya. Serig saya mendengar bahwa jilbab itu untuk menutup aurat yang dapat mengundang nafsu bagi kaum pria. Ini yang saya tidak setuju. Mengapa? Rasanya tidak pantas saja jilbab yag indah itu dijadikan solusi menghindari pelecehan seksual. Nafsu itu tidak ada batasnya. Bukan berarti seseorang tidak jadi nafsu hanya karena beberapa bagian tubuh tidak terlihat. Pelecehan tetap akan terjadi selama ada korban, pelaku, dan kesempatan. Apalagi banyak orang di jaman sekarang yang mempunyai fetish aneh-aneh. Salah satunya justru bernafsu melihat orang dengan pakaian tertutup. 
Saya tidak menolak jilbab, meskipun saya bukan wanita berjilbab. Saya senang, jilbab sudah dapat diterima oleh masyarakat kita. Kini tidak ada ancaman sosial hanya karena kita berjilbab. Berbeda dengan jaman sebelumnya. Akan tetapi, juga jangan intimidasi saya yang tidak berjilbab. Berjilbab itu hak masing-masing orang. Keberadaannya harus didukung selama itu tidak mengganggu ranah umum. Justru baik dengan adanya jilbab, kita jadi tahu sekarang bahwa masyarakat kita mulai berani menunjukan jati dirinya. Begitu pun dengan kalian semua untuk jangan takut menjadi diri sendiri karena sentimen negatif beberapa orang. Saya belajar dari guru Fisika SMA saya, beliau seorang wanita yang sudah berjilbab dari tahun 1992 (Seingat saya tahun tersebut, tapi yang pasti beliau tidak berjilbab di masa-masa sekarang. Yaitu masa dimana orang berjilbab gede di Indonesia masih bisa dihitung jari). Beliau pernah menceritakan bagaimana di masa itu jilbabnya membuat banyak orang memandang sebelah mata. Tapi beliau tetap mengenakan jilbab dan fight dengan pilihannya. Saya kira semangat ini yang harus ditiru oleh kalian semua yang entah berjilbab atau tidak, tetaplah menjadi diri sendiri. Lakukan apa yang membuat kalian nyaman, selama itu tidak merugikan orang lain.
Saya tidak menjamin jilbab menjadikan kita lebih cantik, lebih baik, atau lebih religius. Itu semua kembali ke personal masing-masing dan penilaian orang lain. Saya setuju dengan pendapat bahwa jilbab dan akhlak berbeda (Banyak orang belum berjilbab karena ingin memperbaiki akhlak. Karena menganggap kalau sudah berjilbab maka harus berakhlak baik). Ya jelas berbeda. Sejak kapan penampilan dijadikan indikator kebaikan seseorang? Kesalahkaprahan berikutnya ini. Kacaunya lagi, di akun media sosial artis yang berjilbab selalu banjir pujian, berbeda dengan artis yang tidak berjilbab , bahkan lebih parah artis yang lepas jilbab. Padahal yang mereka posting sama. Sampai ada komentar yang membuat daya berdenyut dahi, "Kalau orang tidak berjilbab patut dipertanyakan akhlaknya. Berbeda dengan yang berjilbab, pasti sudah baik ahklaknya". Sekalinya, ada artis yang berjilbab yang sikapnya dinilai negatif dianggap pemakluman manusia tidak ada yang sempurna. Kalau sudah begini, saya kasian dengan artis yang lepas jilbab demi menjadi diri sendiri. Apapun hal positif yang mereka lakukan, selalu direspon negatif oleh penggemarnya yang munafik. Penggemar yang tidak mau terlihat mendukung idolanya lepas jilbab. Semoga artis-artis tersebut diberi kesabaran dan kekuatan, dan tetap melakukan hal-hal positif. 
Diluar dalil tentang jilbab itu sendiri, saya harap kalian semua berjilbab karena keinginan diri sendiri. Bukan paksaan dari lingkungan baik itu keluarga, teman, atau institusi (Walaupun sekarang sudah banyak institusi yang mewajibkan jilbab). Bukan karena dipuji kalau kalian berjilbab jadi lebih cantik atau karena ketika kalian berjilbab lebih mudah diterima secara sosial. Intinya diri kalian lebih penting dari apapun. Karena apapun yang kalian lakukan itu menjadi tanggung jawab kalian sendiri. Kalian yang akan merasakan baik buruknya, nyaman tidaknya. Apakah orang-orang yang mengintervensi kalian akan mau tahu problem kalian setelah memutuskan melakukan hal itu? Tidak. Tugas mereka yang katanya mengingatkan (Walaupun semakin kesini saya pikir tidak mengingatkan lagi, tapi mengganggu privasi) selesai sampai ketika kalian menuruti keinginannya. Mungkin mereka akan kembali hadir ketika kalian terlihat melenceng dari idealisme mereka.


Poligami
Saya pernah berdiskusi dalam chat WA dengan kawan saya membahas poligami. Kami berbeda pendapat. Itu semakin menarik. Kalau suatu saat suamiku meminta poligami, maka keputusanku aku meminta cerai. Kawanku ini tidak setuju karena Allah membenci perceraian dan poligami sudah ada dalam Al Quran, katanya. Bagi saya, poligami adalah anjuran. Sehingga boleh dilaksanakan boleh tidak. Toh juga syarat poligami juga tidak mudah kan? Apakah anda yakin bida seadil Nabi Muhammad SAW.? Saya juga tidak pernah mendengar poligami itu wajib. Jadi kalau saya tidak melaksanakan poligami, atau konteksnya saya tidak mengijinkan suami saya poligami itu tidak masalah dong. Meskipun saya melakukan sesuatu yang dibenci Allah. Menarik disini, saya katakan pada kawan "Kalau kita membicarakan sesuatu yang dibenci Allah, maka poligami yang dilakukan dengan niat yang tidak baik juga dibenci Allah". Niat yang tidak baik yang saya maksud adalah poligami karena menghindari selingkuh atau zina. Ario Bimo Utomo pernah menulis twit, "Mungkin beliau lupa bahwa kita diajarkan puasa". Dalam sebuah diskusinya, Cak Nun juga pernah berkata,"Setiap hari kita berpuasa. Tidak hanya pada bulan Ramadhan. Kalau kita tidak berpuasa, maka kita akan menikahi semua wanita". Sehingga jika dipahami lebih dalam, puasa yang mengajarkan kita untuk menahan nafsu, menahan segala hal yang kita inginkan tetapi kita tidak boleh melakukannya. Termasuk poligami tersebut. Suami saya bagaimana pun tidak akan halal pernikahannya kalau saya tidak memberikan ijin. Alasan saya manusiawi sekali, saya tidak rela ada pembanding. Tidak sanggup melihat suami saya bermesraan dengan wanita lain, sekalipun istrinya juga.
Saya yakin kawan saya tadi juga tidak sanggup poligami dan inginnya hanya menikah dengan satu wanita saja. Dia tidak mejawab iya juga tidak menjawab tidak. Mungkin dia tidak berani menentang poligami, tapi juga tidak ingin melakukan poligami. Saya juga tidak melarang poligami, kecuali pasangan saya. Terserah orang lain. Itu hak mereka asal dijalakan dengan tidak meyakiti siapa pun.Tapi kalau terjadi pada keluarga saya, ya tadi, saya pilih cerai saja.
"Tapi kan perceraian dibenci Allah?" Memang apa sih perceraian itu? Kalau saya menganggap perceraian itu adalah silaturahmi yang rusak bagaimana? Artinya, tidak semua pasangan yang bercerai itu rusak silahturahminya. Ada yang justru semakin baik hubungannya karena bercerai. Pasangan yang kita pilih sekarang ini juga belum tentu yang terbaik kan? Banyak lho suami atau istri yang sifat aslinya keluar setelah menikah, sehingga pasangannya yang menaruh harap besar menjadi kaget dan justru sama sekali tidak menerima karakter asli pasangannya. Atau perselingkuhan yang sangat parah. Pernikahan yang sudah tidak sehat lagi mengapa harus dipertahankan? Saya pikir, tidak selalu buruk juga kok perceraian.


Babi, dan Anjing
Sebelum membahas keduanya, saya mau kita membahas pembersih lantai. Pembersih lantai bisa tidak menjadi barang haram? Bisa tentunya. Kalau digunakan untuk menyiram muka orang lain. Yup, seperti kasus di Surabaya. Seorang suami yang menyiramkan pembersih lantai ke wajah istrinya. Kalau digunakan untuk membersihkan toilet masjid bagaimana? Pikirkan sendiri.
Sama seperti anjing dan babi. Mereka akan haram kalau dimakan oleh kita, manusia. Herannya saya, banyak orang ilfil melihat babi dan anjing. Serta memandang sebelah mata mereka yang memelihara kedua hewan tersebut. "Tapi kan air liur anjing haram". Iya, kalau terkena kulit dan tidak dicuci kemudian langsung solat. Sama dengan tai kucing kalo kena kulit, harus dicuci dulu kan supaya bisa solat?
Saya punya kawan muslim yang memelihara anjing. Prinsipnya semua hewan itu ciptaan Allah sehingga tidak salah dirinya memelihara dan manyukai ciptaan Allah. Kakak sepupu saya juga demikian. Dia tinggal bersama neneknya yang beragama selain Islam dan memelihara anjing. Malah kakak saya dekat dengan anjing tersebut. Tenang, kakak saya ternyata lebih antisipasi. Dia berganti baju saat akan solat.
Tadinya saya juga dilema dengan kawan saya yang memelihara anjing. Di satu sisi saya masih menganggap anjing haram, di sisi lain benar katanya anjing ciptaan Allah. Apa yang salah dari memelihara ciptaan Allah? Tapi lagi lagi, diskusi Cak Nun membuka pikiran saya bahwa selama ini yang saya anggap haram itu apanya sih? Barangnya atau perbuatannya? Kalau barangnya tentunya akan banyak barang di dunia ini yang haram. Bahkan Cak Nun juga menganalogikan dengan solat. Ya, Solat Subuh akan haram kalau dilakukan saat ashar. Bukan hanya saya, bahkan masih banyak orang di luar sana yang salah mengartikan ini. Bukan barangnya, tapi perbuatannya.
Babi dan anjing juga bisa memberikan dampak positif jika digunakan dengan benar. Misal hampir semua katalis pabrik menggunakan katalis babi. Anjing dipelihara beberapa orang untuk menjaga keamanan lingkungan rumah. Kalau hewan juga dihitung pahalanya, bisa dibayangkan berapa banyak pahala anjing pelacak?
"Pelihara anjing membuat rumah tidak didatangi malaikat". Coba pikir hal lain, bisa saja malaikat tidak mendatangi rumahmu karena banyak hal buruk yang kau lakukan di rumah. Atau hal lain di luar  hewan peliharaanmu. Saya rasa ajaran agama tidak serasis itu terhadap hewan ya..


Miras dan Narkoba
Tidak jauh berbeda dengan anjing dan babi. Keduanya akan haram jika dikonsumsi. Miras atau alkohol dan narkoba menjadi sangat bermanfaat dan tidak jadi barang haram  jika digunakan di dunia kesehatan. Kalau kita sering berobat ke dokter, bisa jadi kita juga mengonsumsi banyak narkoba. Dinas Kesehatan menolak sertifikasi halal. Jelas dong. Kalo ada sertifikasi halal pada Dinas Kesehatan, tidak ada obat di apotik mungkin. Bahkan produk pangan di Indonesia sebenarnya tidak harus memiliki sertifikasi halal. Karena yang terpenting adalah memiliki ijin edar BPOM. Ya, sertifikasi halal digunakan untuk brand saja. Agar produk dapat mudah diterima pasar.
Kalau kita lebih teliti lagi, headline berita tentang narkoba tertulis kasus penyalahgunaan narkoba bukan kasus konsumsi narkoba. Karena narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) tidak bisa seenaknya dikonsumsi oleh masyarakat umum.
Tidak ada barang haram. Karena yang haram itu perbuatannya. Diluar itu perbuatan haram atau tidak, sebenarnya mengonsumsi narkoba dan miras ini adalah sangat privasi. Hak masing-masing orang. Asalkan perbuatannya tidak mengganggu orang lain. Mengonsumsi miras itu membuat mabuk. Mabuk dapat membuat seseorang kehilangan kesadaran sehingga kalau dia menyetir akan mengganggu pengendara lain dan banyak dampak negatif. Mengonsumsi narkoba itu membuat orang kecanduan dan merusak otak. Sehingga ketika kecanduan dapat membuat orang tersebut lupa diri dan rela melakukan apapun demi narkoba.


Sepertinya sudah subuh. Semalaman saya tidak bisa tidur hanya karena ingin menuliskan ini semua. Ini hanya pendapat saya, blogger yang tidak terkenal dan tidak pandai menulis. 










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semua Orang Butuh Permisi

Si Bisu yang Tidak Tunarungu dan Si Buta yang Tidak Tunanetra