Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Rabies Bercerita

Saya punya cerita.. Kurang lebih setahun yang lalu, sekitar bulan agustus. Tepatnya waktu saya liburan kenaikan tingkat. Seperti biasanya kalau ada liburan panjang, berbulan-bulan pasti saya pulang kampung ke Borneo. Setelah setahun tidak bertemu orang tua kangen pasti lah yaa..  Borneo saya tepatnya di Desa Serambai Jaya, Kec. Mukok, Kab. Sanggau, Prov. Kalimantan Barat. Saya berdomisili di daerah transmigrasi. Sehingga saya sudah terbiasa hidup dalam lingkungan yang heterogen. Mulai dari agama, suku, budaya, warna kulit, bahasa, dan jenis-jenis umpatannya. Dahulu Soeharto mengadakan program transmigrasi, dan mengumpulkan kami dalam satu daerah pembangunan. Saya beragama Islam, dengan presentase muslim dan nasrani 50:50. Ada banyak suku di daerahku. Suku pribumi ada Dayak dan Melayu. Kemudian pendatang dengan suku Jawa dan Sunda yang terbanyak, Batak dan Bugis yang sangat sedikit. Bahasa, jangan ditanya. Kami akan berganti bahasa tiap berbicara dengan orang yang berbeda. Bah

Kangkung juga bisa Hits

Perkembangan teknologi di jaman sekarang berkembang dengan pesat. Maka tidak heran, sekarang disebut era digital. Karena semua aktivitas kita didominasi internet. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, kita akan terus bersinggungan dengan internet. Mulai dari makan, sampai cari toilet juga butuh internet. Orang yang hidup di dua generasi, yaitu masa sebelum millenium sampai masa sesudah millenium tentu tidak pernah membayangkan akan membeli kangkung dari tempat tidur atau kangkung bisa diterima dari depan pintu.  Semua aktivitas dilakukan di internet. Termasuk yang sering kita lakukan, berbelanja. Saat menonton televisi, bisa dihitung berapa banyak iklan dari aplikasi toko online. Dari toko online yang menyediakan semua barang kebutuhan sampai toko online yang barangnya spesifik, seperti baju. Itu yang baru diiklankan, belum lagi yang tidak diiklan melalui media televisi. Mungkin sudah ribuan atau jutaan akun toko online di media sosial. Dari facebook, instagram, line, path, dll

Kesempurnaan yang Menjijikan

Pernah tidak sih kalian berpikir bahwa manusia ternyata lebih hina dari seekor anjing? Sedangkan kita beramai-ramai menganjingkan manusia lain yang tidak sama denganya. FirmanNya mengatakan bahwa manusia diutus hidup di dunia agar menjadi khalifah. Artinya pemimpin. Karena itu pula manusia di daulat sebagai makhluk paling sempurna karena memiliki akal dan pikiran. Sayangnya hanya punya sedikit hati. Bahkan ada yang tidak memiliki sama sekali. Miris. Berteriak penuh emosi pada mereka yang menentang Tuhan, tapi justru dia yang tidak menjalankan perintah Tuhan. Saya kira Tuhan tidak hanya memerintahkan manusia hanya sekedar beribadah. Walau mungkin yang paling tersurat adalah perintah bersujud padaNya. Hanya saja Tuhan perkataan Tuhan tidak sesempit itu. Saya yakin. Mengapa? Karena Dia Maha Kaya. Bukankah kita mengakui itu semua? Sekalipun kalian yang tidak percaya ada Dia. Atau kalian yang siang malam memujaNya. Entah apa rahasia yang Dia sembunyikan. Sejujurnya saya tidak setuju

Pria yang Sangat Laki-Laki

Gambar
Saya punya cerita. Lokasinya di Jogja. Tepatnya di Keraton Jogja.  Cerita awal. Kampus saya tadinya Program Diploma IPB. Salah satu fakultas di IPB. Baru kemaren banget tanggal 13 Oktober 2017, kampus saya diresmikan jadi Sekolah Vokasi IPB. Kalau sebelumnya cuma bisa D3, sekarang bisa langsung D4. Tidak perlu lagi ekstensi. Kenapa bisa sampe ke Keraton Jogja? Sabar guys, ntar juga nyampe.  Kebetulan,  di jurusan saya Manajemen Agribisnis agak rumit proses menuju kelulusan. Mungkin ini hukuman kali ya karena kuliahnya paling gabut dari program keahlian (PK atau program keahlian adalah sebutan jurusan di Sekolah Vokasi IPB) lain. Saya mahasiswa semester 5. Artinya, tahun depan waktu semester 6 saya harus PKL. Hukumnya wajib bagi mahasiswa D3 manapun dari universitas apapun. Kalau S1 dengan skripsinya, D3 dengan tugas akhirnya. Makanya kita harus PKL buat menyusun tugas akhir. Kebanyakan PKL ditentukan tempatnya oleh jurusan. Kalau PK saya harus cari sendiri dengan beberapa kete

Nasi Untuk Siapa Saja

Jaman dulu, masa setelah kemerdekaan nasi beras masih menjadi makanan berharga kecuali bagi orang yang hartanya melimpah atau keturunan ningrat. Begitu kalau ibuku bercerita tentang masa kecilnya. Beliau lahir dan dibesarkan di Madiun. Nasi  atau sego  (bahasa Jawa) adalah makanan pokok orang Indonesia. Kalau jaman sekarang kita menyebut nasi sudah jelas nasi dari beras. Kalau jaman ibuku dulu sekitar tahun 80an, kalau kita menyebut sego banyak macamnya. Bisa terbuat dari singkong, jagung, atau beras. Sego yang dikonsumsi dapat menunjukan strata sosial seseorang. Ibuku masuk strata bawah karena yang dikonsumsi sego gaplek (terbuat dari singkong) .  Hanya makan s ego beras kalau ada kenduri. Dari rumah orang yang makannya sego beras. Kalau hari-hari biasa saja makannya sego gaplek, kenduri ya sulit mau masak sego beras. Karena beras sangat sensitif pada masanya. Seperti batik yang pada masanya hanya boleh dikenakan saat di keraton. Jadi, tidak sembarang orang bisa mengkonsumsi bera