Postingan

Ayo Bicara Agama

Tulisan saya kali ini membahas tentang agama. Bukan ceramah membahas ayat-ayat dalam kitab. Saya bukan ahli agama. Tentu ada yang lebih paham kalau itu. Ini hanya tentang kegelisahan saya, hal-hal yag saya cermati dari lingkungan. Opini saya tentunya. Saya tidak bermaksud menghakimi siapapun, atau berniat merusak paham. Tidak mengharuskan orang lain mengiyakan pendapat saya, juga tidak menginginkan privasi saya dicampuri karena ketidaksepemahaman.  Banyak hal terkait pendapat dan pemahaman ajaran agama Islam di Indonesia tidak saya setujui. Mulai satu persatu. Nikah Muda. Tidak tahu kapan mulainya kampanye ini, tapi saya mulai sering melihat postingan teman yang kira-kira tulisannya begini, "segerakan laksanakan", "Rejeki bisa dicari bersama", "Yang serius adalah yang berani datang ke rumah", " udah putusin aja", dan masih banyak sejenisnya. Intinya mengajak kita anak muda yang sedang menjalani hubungan pra nikah, untuk segera menikah

Si Bisu yang Tidak Tunarungu dan Si Buta yang Tidak Tunanetra

Si bisu yang tidak tunarungu? dan Si buta yang tidak tunanetra? Aku menemukan kedua kalimat ini setelah ditegur satpam fakultas sebelah. Kesalahan yang aku buat karena mencoba melanggar peraturan lalu lintas. Bukan tegurannya yang membuatku marah sampai menemukan kedua kalimat diatas. Tapi satu ancaman yang membuatku merasa menjadi Si Bisu yang Tidak Tunarungu, dan Si Buta yang Tidak Tunanetra. Tidak perlu kujelaskan apa ancamannya. Aku yakin semua orang yang pernah merasakan pendidikan di kampusku, fakultasku, tahu yang kumaksud. Ancaman yang membuat kami semua menjadi Si Bisu dan Si Buta. Bahkan nyaris lumpuh. Apa bedanya dengan mereka yang sungguhan bisu, buta, dan lumpuh? Benar yang dikatakan Dee dalam Supernova-nya. Aku lupa persis kata-katanya. Intinya yang kudapat, "semua yang ada di dunia ini hanya ilusi. Tidak sungguhan nyata."  Kukira aku sudah sangat sempurna dengan fisik ini. Dapat melakukan apapun yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh mereka yan

Mengganti Receh dengan Nasi Bungkus

Gambar
Pernahkah kalian berpikir uang yang cepat habis padahal tidak membeli apapun? Tiba-tiba pengeluaran bulanan terasa membengkak hanya karena sekali dua kali makan diluar? Atau merasa tidak berguna padahal tidak buruk-buruk juga ekonominya? Apapun itu, masalah ekonomi memang sangat pelik dan sensitif. Terlebih bagi saya seorang mahasiswa perantauan. Dulu ingin sekali melakukan  donasi  sewaktu di kampung, karena di kampung masyarakatnya sudah makmur. Sewaktu di kota  masih juga tidak berdonasi, padahal banyak yang tidak makmur.   Fenomena dhuafa kaya raya mengarahkan pada gerakan anti memberi  receh  pada kaum dhuafa di jalanan. Gerakan ini untuk membuat mereka mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Sehingga dapat bekerja yang lebih halal dan tidak mengganggu kenyamanan khalayak umum. Gerakan baik bagi masyarakat dan para dhuafa itu sendiri. Sayangnya,  gerakan ini semakin menipiskan rasa empati. Tidak semua dhuafa adalah kaya raya. Namun, daripada pusing membedakan yang aktin

Semua Orang Butuh Permisi

Malam ini untuk kesekian kalinya aku ditegur oleh seseorang karena tidak permisi. Kalau tidak salah ketiga kalinya. Sekali saja sudah cukup menampar seharusnya. Tapi untuk makhluk keras kepala sepertiku harus tiga kali. Kalau saja setelah ini bisa berubah. Kalau tidak, ya semoga saja tidak ditampar sungguhan. Di gang sempit itu, dari beberapa meter sebelum melewati seorang ibu paruh baya dengan tasbih di jemarinya. Sorot matanya menuju ke kami, aku melihat itu. Lumayan tajam tatapannya pada kami, jauh sebelum kami lewat. Mungkin itu kode, supaya aku dan temanku permisi. Selain itu, beliau berdiri tepat di tengah jalan. Sayangnya, kami tidak peka. Sama sekali. Begitu kami mendekat, ibu itu menepi. Lewat beberapa langkah kami berlalu, beliau memanggil. “Dek dek.. “. Kami berhenti. “Kalau lewat sini permisi ya. Ini kan bukan jalan umum”, kami tertegun. “Iya bu, maaf ya..”. Kemudian kami cepat berlalu. Beliau tidak marah. Bicaranya juga sopan sekali, seolah dua anak kurang ajar di

Rabies Bercerita

Saya punya cerita.. Kurang lebih setahun yang lalu, sekitar bulan agustus. Tepatnya waktu saya liburan kenaikan tingkat. Seperti biasanya kalau ada liburan panjang, berbulan-bulan pasti saya pulang kampung ke Borneo. Setelah setahun tidak bertemu orang tua kangen pasti lah yaa..  Borneo saya tepatnya di Desa Serambai Jaya, Kec. Mukok, Kab. Sanggau, Prov. Kalimantan Barat. Saya berdomisili di daerah transmigrasi. Sehingga saya sudah terbiasa hidup dalam lingkungan yang heterogen. Mulai dari agama, suku, budaya, warna kulit, bahasa, dan jenis-jenis umpatannya. Dahulu Soeharto mengadakan program transmigrasi, dan mengumpulkan kami dalam satu daerah pembangunan. Saya beragama Islam, dengan presentase muslim dan nasrani 50:50. Ada banyak suku di daerahku. Suku pribumi ada Dayak dan Melayu. Kemudian pendatang dengan suku Jawa dan Sunda yang terbanyak, Batak dan Bugis yang sangat sedikit. Bahasa, jangan ditanya. Kami akan berganti bahasa tiap berbicara dengan orang yang berbeda. Bah

Kangkung juga bisa Hits

Perkembangan teknologi di jaman sekarang berkembang dengan pesat. Maka tidak heran, sekarang disebut era digital. Karena semua aktivitas kita didominasi internet. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, kita akan terus bersinggungan dengan internet. Mulai dari makan, sampai cari toilet juga butuh internet. Orang yang hidup di dua generasi, yaitu masa sebelum millenium sampai masa sesudah millenium tentu tidak pernah membayangkan akan membeli kangkung dari tempat tidur atau kangkung bisa diterima dari depan pintu.  Semua aktivitas dilakukan di internet. Termasuk yang sering kita lakukan, berbelanja. Saat menonton televisi, bisa dihitung berapa banyak iklan dari aplikasi toko online. Dari toko online yang menyediakan semua barang kebutuhan sampai toko online yang barangnya spesifik, seperti baju. Itu yang baru diiklankan, belum lagi yang tidak diiklan melalui media televisi. Mungkin sudah ribuan atau jutaan akun toko online di media sosial. Dari facebook, instagram, line, path, dll

Kesempurnaan yang Menjijikan

Pernah tidak sih kalian berpikir bahwa manusia ternyata lebih hina dari seekor anjing? Sedangkan kita beramai-ramai menganjingkan manusia lain yang tidak sama denganya. FirmanNya mengatakan bahwa manusia diutus hidup di dunia agar menjadi khalifah. Artinya pemimpin. Karena itu pula manusia di daulat sebagai makhluk paling sempurna karena memiliki akal dan pikiran. Sayangnya hanya punya sedikit hati. Bahkan ada yang tidak memiliki sama sekali. Miris. Berteriak penuh emosi pada mereka yang menentang Tuhan, tapi justru dia yang tidak menjalankan perintah Tuhan. Saya kira Tuhan tidak hanya memerintahkan manusia hanya sekedar beribadah. Walau mungkin yang paling tersurat adalah perintah bersujud padaNya. Hanya saja Tuhan perkataan Tuhan tidak sesempit itu. Saya yakin. Mengapa? Karena Dia Maha Kaya. Bukankah kita mengakui itu semua? Sekalipun kalian yang tidak percaya ada Dia. Atau kalian yang siang malam memujaNya. Entah apa rahasia yang Dia sembunyikan. Sejujurnya saya tidak setuju